Lahirnya Orde baru
1. Penumpasan G30 S PKI
·
SEBAB-SEBAB MUNCULNYA G 30S/PKI
Sejak D.N. Aidit terpilih menjadi ketua
PKI tahun 1951, ia dengan cepat membangun kembali PKI yang porak-poranda akibat
kegagalan pemberontakan tahun 1948. Usaha yang dilakukan D.N. Aidit berhasil
dengan baik, sehingga dalam pemilihan umum tahun 1955, PKI berhasil meraih
dukungan rakyat dan menempatkan diri menjadi satu dari empat partai besar di
Indonesia, yaitu PNI, Masyumi, dan NV.
Tampaknya PKI berkeinginan merebut
kekuasaan melalui parlemen pada masa Demokrasi Terpimpin. Di sarnping itu,
mereka juga terlihat mempersiapkan diri untuk mencapai tujuannya, yaitu
berkuasa atas wilayah Republik Indonesia. Untuk itu dibentuk biro khusus yang
secara rahasia bertugas mempersiapkan kader-kader di berbagai organisasi
politik, termasuk dalam tubuh ABRI. PKI juga berusaha memengaruhi Presiden
Soekarno untuk menyingkirkan dan melenyapkan lawan-lawan politiknya. Hal ini
tampak dengan dibubarkannya Partai Masyumi, PSI, dan Partai Murba oleh
presiden. PKI juga berhasil memecah-belah PNI menjadi dua kelompok. Upaya itu
ditempuh oleh PKI dengan menyusupkan ir.Surachman (seorang tokoh PKI ) ke dalam
tubuh PNI.Setelah PKI merasa cukup kuat, dihembuskan isu bahwa pimpinan TNI
Angkatan Darat membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap
Presiden Soekarno pada saat peringatan Hari Ulang Tahun ABRI tanggal 5 Oktober
1965. PKI juga menyebutkan bahwa anggota Dewan Jenderal itu adalah agen Nekolim
(Amerika Serikat atau Inggris). Tuduhan itu ditolak oleh Angkatan Darat, bahkan
Angkatan Darat langsung menuduh PKI yang akan melakukan perebutan kekuasaan.
Namun dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ABRI pada tanggal 5 Oktober
1965, puluhan ribu tentara telah berkumpul di Jakarta sejak akhir bulan
September 1965, sehingga dugaan-dugaan akan terjadinya kudeta semakin bertambah
santer.
·
PERISTIWA G3OS/PKI
Menjelang terjadinya peristiwa
G3OS/PKI, tersiar berita bahwa kesehatan presiden mulai menurun dan berdasarkan
diagnosis dan tim dokter RRC ada kemungkinan Presiden Soekamo akan lumpuh atau
meninggal. Setelah mengetahui keadaan Presiden Soekarno seperti itu, D.N. Aidit
langsung mengambil suatu keputusan untuk memulai gerakan. Rencana gerakan diserahkan
kepada kamaruzaman (alias Syam) yang diangkat sebagai Ketua Biro Khusus PKI dan
disetujui oleh D.N. Aidit. Biro Khusus itu menghubungi kadernya di kalangan
ABRI, seperti Brigjen Supardjo, Letnan Kolonel Untung Dari Cakrabirawa, Kolonel
Sunardi dan TNI-AL, Marsekal Madya Omar Dani dan TNT-AU dan Kolonel Anwar dan
Kepolisian.
Menjelang pelaksanaan Gerakan 30
September 1965, pimpinan PKI telah beberapa kali mengadakan pertemuan rahasia.
Tempat pertemuan terus berpindah dan satu tempat ke tempat yang lainnya.
Melalui serangkaian pertemuan itu, pimpinan PKI menetapkan bahwa Gerakan 30
September 1965 secara fisik dilakukan dengan kekuatan militer yang dipimpin
oleh Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Resimen Cakrabirawa (Pasukan
pengawal Presiden) yang bertindak sebagai pimpinan formal seluruh gerakan.
Sebagai pemimpin dari Gerakan 30
September 1965, Letnan Kolonel Untung mengambil suatu keputusan dan
memerintahkan kepada seluruh anggota gerakan untuk siap dan mulai bergerak pada
dini hari 1 Oktober 1965. Pada dini hari itu, mereka melakukan serangkaian
penculikan dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi dan seorang perwira
pertama dan Angkatan Darat. Para perwira Angkatan Darat disiksa dan selanjutnya
dibunuh. Mereka dibawa ke Lubang Buaya, yaitu satu tempat yang terletak di
sebelah selatan pangkalan udara utama Halim Perdana Kusuma. Selanjutnya para
korban itu dimasukkan ke dalam satu sumur tua, kemudian ditimbun dengan sampah
dan tanah. Ketujuh korban dan TNI-Angkatan Darat adalah sebagai berikut:
1. Letnan Jenderal Ahmad Yani
(Menteri/Panglima Angkatan Darat atau Men Pangad).
2. Mayor Jenderal R. Soeprapto (Deputy
II Pangad).
3. Mayor Jenderal Haryono Mas
Tirtodarmo (Deputy III Pangad).
4. Mayor Jenderal Suwondo Parman
(Asisten I Pangad)
5. Brigadir Jenderal Donald Izacus
Panjaitan (Asisten IV Pangad).
6. Brigadir Jenderal Soetojo
Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman / Oditur).
7. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
(Ajudan Jenderal A.H. Nasution).
Ketika terjadinya penculikan itu,
Jenderal A.H. Nasution yang juga menjadi target penculikan berhasil
menyelamatkan diri setelah kakinya tertembak. Namun, putrinya yang bernama Ade
Irma Suryani menjadi korban sasaran tembak dan kaum penculik dan kemudian
gugur. Ajudan Jenderal A.H. Nasütion yang bernama Letnan Satu Pierre Andreas
Tendean juga menjadi korban. Sedangkan korban lainnya adalah Pembantu Letnan
Polisi Karel Satsuit Tubun. ia gugur pada saat gerombolan yang berusaha
menculik Jenderal A.H. Nasution. Pada waktu bersamaan, G3OS/PKI mencoba untuk
mengadakan perebutan kekuasaan di Yogyakarta, Solo, Wonogiri dan Semarang.
Selanjutnya gerakan tersebut mengumumkan berdirinya Dewan Revolusi melalui RRI
pada tanggal 1 Oktober 1965. Dewan Revolusi yang dipancarkan melalui siaran RRI
itu dibacakan oleh Letnan Kolonel Untung. Sementara itu, Dewan Revolusi di
daerah Yogyakarta diketuai oleh Mayor Mulyono. Mereka telah melakukan
penculikan terhadap Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugijono. Kedua perwira
TNI-AD ini dibunuh oleh gerombolan penculik di desa Kentungan yang terletak di
sebelah utara kota Yogyakarta.
Saat negara dalam keadaan gawat panglima kostrad mayjend
soeharto segera mengambil alih pimpinan Angkatan darat dan melakukan koordinasi
operasi penumpasan G 30 S PKI, dua kekuatan dikerahkan dalam operasi penumpasan
G30 S yakni Resimen Para komando Angkatan darat (RPKAD) dan Batalyon 328/Para
Kujang/ Siliwangi.
Operasi penumpasan dimulai 1 Oktober 1965 pukul 19:00 ketika
pasukan RPKAD yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhi Wibowo mendapat perintah untuk
merebut studio RRI pusat dan kantor pusat Telekomunikasi. Pada tanggal 2 Oktober
1965, operasi penumpasan diarahkan ke pangkalan udara Halim Perdana kusuma yang
merupakan basis utama PKI. Pangkalan tersebut berhasil dikuasai pasukan RPKAD
dan Batalyon 326 dalam waktu yang singkat. Selanjutnya daerah Lubang Buaya dan
sekitarnya yang menjadi pusat latihan Pemuda Rakyat dan Gerwani. Dengan
dikuasainya kembali kota jakarta, usaha perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh
G30 S/PKI dapat digagalkan.
Meskipun kekuatan PKI telah dilumpuhkan, tokoh tokoh PKI
masih belum tertangkap, oleh karena itu dilancarkan operasi penumpasan G 30
S/PKI sampai ke akar akarnya. Pada tanggal 3 Oktober 1965 pemerintah membentuk
komando Operasi pemulihan keamanan dan ketertiban (Kopkamtib) dan Mayjend
Soeharto ditunjuk sebagai panglima kopkamtib. Tugas pokok nya adalah memulihkan
keamanan dan ketertiban Negara akibat peristiwa G 30 S PKI serta menegakkan
kembali pemerintahan dengan jalan operasi fisik, militer dan mental.
2. Aksi Tritura ( Tri Tuntutan Rakyat)
·
LAHIRNYA
KESATUAN-KESATUAN AKSI
Sejak gagalnya kudeta G 30 S/PKI pada
tahun 1965 sampai awal tahun 1966, pemerintah tidak segera melaksanakan
penyelesaian politik terhadap tokoh-tokoh G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan
ketidaksabaran rakyat, karena bertentangan dengan rasa keadilan. Keadaan
berlarut-larut serta menjurus timbulnya krisis kepemimpinan nasional,
mahasiswa, pemuda, pelajar, partai-partai politik maupun organisasi massa
mengutuk pemberontakan G 30 S/ PKI dan menuntut agar PKI segera dibubarkan.
Pada tanggal 25 Oktober 1965 mahasiswa
Indonesia membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Berdirinya KAMI
segera diikuti oleh kesatuan-kesatuan aksi yang lain seperti berikut.
1. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI)
2. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia
(KAPI)
3. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia
(KASI)
4. Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (
KAWI)
5. Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI)
6. Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Dalam rangka meningkatkan kegiatannya,
KAMI dan KAPPI beserta partai-partai politik dan organisasi massa lainnya
mendirikan Front Pancasila.
·
TRI TUNTUTAN
RAKYAT/TRITURA
Pada tanggal 12 Januari 1966
kesatuan-kesatuan aksi mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang disebut
Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).
Adapun isi Tritura adalah sebagai
berikut.
1. Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya
2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari
unsur-unsur G 30 S/PKI
3. Turunkan harga barang atau perbaikan
ekonomi
Aksi-aksi mahasiswa masih berjalan
terus. Pada tanggal 22 Februari 1966, Presiden Sukarno mengadakan perombakan
Kabinet Dwikora dengan nama Kabinet Dwikora yang Disempurnakan atau Kabinet
Seratus Menteri.
Menjelang pelantikan para menteri
Kabinet Dwikora dengan nama Kabinet Dwikora yang Disempurnakan, demonstrasi
mahasiswa semakin meningkat. pada tanggal 24 Februari 1966 pada saat pelantikan
para menteri kabinet baru, KAMI melakukan aksi mengempeskan ban-ban mobil di
jalan raya terutama di depan Istana Merdeka, sehingga lau lintas praktis
berhenti.
Dalam demonstrasi itu seorang mahasiswa
Universitas Indonesia yang bernama Arif Rahman Hakim gugur terkena tembakan.
Arif Rahman Hakim mendapat julukan sebagai menjadi Pahlawan Ampera. Sehari
setelah insiden tersebut KAMI dibubarkan, namun pembubaran KAMI tersebut
ternyata tidak memulihkan kewibawaan pemerintah dan tidak juga menghentikan
aksi-aksi menuntut Tritura.
Tidak tegasnya sikap pemerintah
terhadap G 30 S PKI dan masih adanya keberadaan PKI sebagai organisasi politik
menimbulkan ketidakpuasan dalam masyarakat.
Ketidakpuasan rakyat diungkapkan dalam bentuk demontrasi tanggal 10 Januari 1966 yang diperoleh kesatuan aksi Mahasiswa indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) di halaman gedung DPRGR. Apa isi dari Trikura ? : isi trikura adalah
- Bubarkan PKI dan Ormas Ormasnya
- Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur pki
- Turunkan harga
3. Keluarnya SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret)
Untuk mengatasi krisis politik yang tak kunjung surut,
presiden soekarno pada tanggal 10 Maret 1966 mengadakan pertemuan dengan partai
partai politik, yang mendesak agar partai partai politik mengutuk aksi Trikura,
akan tetapi desakan tersebut ditolak dan mereka tetap menuntut PKI dibubarkan.
Namun saat sidang dengan kabinet Dwikora yang disempurnakan yanh bertujuan
untuk mengmbil langkah langkah mengatasi krisis politik yang terjadi pada saat
itu, ajudan presiden melaporkan adanya pasukan tidak dikenal diluar
istana.
Untuk
menghindari kemungkinan yang tidak di inginkan, presiden menyerahkan pimpinan
sidang kepada wakil perdana mentri II Dr Leimena. Presiden soekarno selanutnya
pergi ke istana bogor bersama waperdam I Dr subandiro dan waperdam III Dr
Khaerul saleh. Siutasi keamanan negara saat itu semakin gawat sehingga tiga
perwira negara saat itu semakin gawat sehingga tiga perwira yakni Mayjend
basuki rahmat, Brigjen M Yusuf dan Brigjen Amir Machmud berinisiatif menyusul
presiden ke istana bogor.
Pertemuan tersebut menghasilkan konsep surat perintah kepada
Menpangad atas nama presiden mengambil segala tindakan yang dianggap perlu
dalam rangka memulihkan keamanan dan kewibawaan pemerintah. Surat perintah
tersebut dikenal dengan sebagai surat perintah 11 maret (Supersemar). Sebagai
pengemban supersemar, letjen suharto segera melakukan tindakan untuk memenuhi
Tritura yaitu :
- Pada tanggal 12 Maret 1966, Letjen Suharto mengeluarkan keputusan yang berisi pembubaran PKI di seluruh Indonesia beserta Ormas ormasnya dan dinayatakan sebagai organisasi terlarang
- Pada tanggal 18 maret 1966, melakukan tindakan pengamanan terhadap 15 orang menteri kabinet Dwiora yang disempurnakan yang diduga terlibat dalam G 30 S/PKI.
Sejak
keluarnya SUpersemar baru mulai lahir di Indonesia yang pada akhirnya membawa
kejatuhan pemerintah Orde lama yang dipimpin oleh soekarno. Melalui Ketetapan
No. XIII?MPRS?1966 di bbentuklah kabinet Ampera yang pembentukkannya
dilimpahkan kepada lejten Suharto. tugas kabinet ampera disebut Dwidharma yakni
mengusahakan stabilitas politik serta ekonomi.
4. Berakhirnya Orde Baru
Perjalanan pemerintahan Orde baru yang panjang yakni selama
32 tahun tidaklah mulus. Fluktasi masa tersebut dapat terlihat dari program
program yang lebih diarahkan untuk peningkatan kesejahteraan melalui
pembangunan di segala bidang kebihdupan.
Situasi ekonomi dunia juga turu mempengaruhi Indonesia.
Krisis moneter menambah masalah baru yang dituntut untuk segera di atasi. harga
harga kebutuhan pokok dan bahan pangan melambung tinffi dan daya beli rakyat
rendah. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar. sehingga US$1 menembus
lebih dari sepuluh ribu rupiah.
Akumulasi permasalahan yang tidak selesai memancing
kemarahan elemen masyarakat yang peduli terhadap nasib bangsa yang Dipelopori
oleh mahasiswa, mahasiswa berdemo dan mengadakan protes intensif terhadap berbagai
kebijakan yang tidak pro perbaian serta menyuarakan menentang praktek
KKN.
Puncaknya terjadi pada tanggal 12 MEI 1998 di daerah
semanggi. Tindakan represif aparat menewaskan mahasiswa trisakti. Di antara
mahasiswa trisakti yang tewas adalah elang mulya lesmana, hery hartanto,
hendriawan, dan Hafidhin Royan.
Pada tanggal 19 mei `98 puluhan ribu mahasiswa menduduki
gedung DPR/MPR, yang dianggap sebagai salah satu simbol kekuasaan Orde baru.
mereka menuntut soeharto turun dari jabatan presiden akan tetapi presiden hanya
mereshufle kabinet.
Akhirnya pad
atanggal 21 mei 1998 presiden soeharto menyerahkan kekuasaannya kepada wakilnya
B,J Habibie. Selanjutnya B.J Habibie dilantik sebagai presiden RI menggantikan
soeharto.
Lahirnya Reformasi
Gerakan reformasi du Indonesia merupakan gerakan dari
berbagai komponen masyarakat untuk melakukan perubahan dan pembaharuan dalam
kehidupan masyarakat. Gerakan ini lahir karena kondisi politik, sosial dan
ekonomi yang tidak memihak kepada rakyat. Dampak krsisi moneter bagi masyarakat
dan pemerintahan indonesia antara lain :
- Tatanan ekonomi rusak berat dengan bangkrutnya perbankan dan badan usaha lainya
- Pemutusan hubungan kerja meningkat sehingga penganguguran meluas
- melonjaknya berbagai harga barang
- timbulnya krisis keperncayaan masyarakat terhadap pemerintahan orde baru.
LATAR BELAKANG LAHIRNYA ERA REFORMASI
·
Era Reformasi
di Indonesia dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat Presiden
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ
Habibie.
·
Krisis finansial Asia
yang menyebabkan ekonomi Indonesia melemah dan semakin besarnya
ketidak puasan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan pimpinan
Soeharto saat itu menyebabkan terjadinya demonstrasi besar-besaran yang
dilakukan berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia.
·
Pemerintahan Soeharto
semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang kemudian memicu
Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa pun meluas hampir
diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari dalam maupun luar negeri,
Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Garis
waktu
* 22 Januari 1998
o Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
* 12 Februari
o Soeharto menunjuk Wiranto, menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
* 10 Maret
o Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
* 4 Mei
o Harga BBM meroket 71%, disusul 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
* 8 Mei
o Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta tewas terbunuh.
* 9 Mei
o Soeharto berangkat seminggu ke Mesir.
* 12 Mei
o Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh.
* 13 Mei
o Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
o Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
o Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
* 14 Mei
o Demonstrasi terus bertambah besar hampir di seluruh kota-kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
* 18 Mei
o Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko, meminta Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai presiden.
o Jenderal Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai dasar hukum; Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi".
o Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI MPO memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR
Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR
* 19 Mei
* 22 Januari 1998
o Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana bantuannya.
* 12 Februari
o Soeharto menunjuk Wiranto, menjadi Panglima Angkatan Bersenjata.
* 10 Maret
o Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
* 4 Mei
o Harga BBM meroket 71%, disusul 3 hari kerusuhan di Medan dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
* 8 Mei
o Peristiwa Gejayan, 1 mahasiswa Yogyakarta tewas terbunuh.
* 9 Mei
o Soeharto berangkat seminggu ke Mesir.
* 12 Mei
o Tragedi Trisakti, 4 Mahasiswa Trisakti terbunuh.
* 13 Mei
o Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. Kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
o Soeharto yang sedang menghadiri pertemuan negara-negara berkembang G-15 di Kairo, Mesir, memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Sebelumnya, dalam pertemuan tatap muka dengan masyarakat Indonesia di Kairo, Soeharto menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden.
o Etnis Tionghoa mulai eksodus meninggalkan Indonesia.
* 14 Mei
o Demonstrasi terus bertambah besar hampir di seluruh kota-kota di Indonesia, demonstran mengepung dan menduduki gedung-gedung DPRD di daerah.
* 18 Mei
o Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko, meminta Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai presiden.
o Jenderal Wiranto mengatakan bahwa pernyataan Harmoko tidak mempunyai dasar hukum; Wiranto mengusulkan pembentukan "Dewan Reformasi".
o Gelombang pertama mahasiswa dari FKSMJ, Forum Kota, UI dan HMI MPO memasuki halaman dan menginap di Gedung DPR/MPR
Mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR
* 19 Mei
o
Soeharto berbicara di TV, menyatakan dia tidak akan turun dari jabatannya,
tetapi menjanjikan pemilu baru akan dilaksanakan secepatnya.
o
Beberapa tokoh Muslim, termasuk Nurcholish Madjid dan Abdurrahman Wahid,
bertemu dengan Soeharto.
o
Ribuan mahasiswa menduduki Gedung DPR/MPR, Jakarta.
o
Dilaporkan bentrokan terjadi dalam demonstrasi di Universitas Airlangga,
Surabaya.
* 20 Mei
o Amien Rais membatalkan rencana demonstrasi besar-besaran di Monas, setelah 80.000 tentara bersiaga di kawasan Monas.
o 500.000 orang berdemonstrasi di Yogyakarta, termasuk Sultan Hamengkubuwono X. Demonstrasi besar lainnya juga terjadi di Surakarta, Medan, Bandung.
o Harmoko mengatakan Soeharto sebaiknya mengundurkan diri pada Jumat, 22 Mei, atau DPR/MPR akan terpaksa memilih presiden baru
o Sebelas menteri kabinet mengundurkan diri, termasuk Ginandjar Kartasasmita, milyuner kayu Bob Hasan, dan Gubernur Bank Indonesia Syahril Sabirin.
Pernyataan pengunduran diri
* 21 Mei
o Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya pada pukul 9.00 WIB
o Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.
o Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantan-mantan presiden.
o Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan konstitusional.
* 22 Mei
o Habibie mengumumkan susunan "Kabinet Reformasi".
o Letjen Prabowo Subiyanto dicopot dari jabatan Panglima Kostrad.
o
Di Gedung DPR/MPR, bentrokan hampir terjadi antara pendukung Habibie yang
memakai simbol-simbol dan atribut keagamaan dengan mahasiswa yang masih bertahan
di Gedung DPR/MPR. Mahasiswa menganggap bahwa Habibie masih tetap bagian dari
Rezim Orde Baru. Tentara mengevakuasi mahasiswa dari Gedung DPR/MPR ke
Universitas Atma Jaya
·
Habibie
Masa
pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter
Internasional untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu,
Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan
berekspresi.
Kejadian
penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya untuk mengizinkan
Timor Timur untuk mengadakan referendum yang berakhir dengan berpisahnya
wilayah tersebut dari Indonesia pada Oktober 1999.
Keputusan tersebut terbukti tidak
populer di mata masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan Habibie
sering dianggap sebagai salah satu masa kelam dalam sejarah Indonesia.
·
GusDur
Pada
pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P
pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%).
Tetapi karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak
secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai
dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai
presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil
presiden.
Masa
pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan gerakan-gerakan separatisme yang
makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak kebijakan
Abdurrahman Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Pada
29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta Gus Dur
untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di bawah tekanan yang besar,
Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden
Megawati Soekarnoputri.
Melalui
Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, Megawati secara resmi diumumkan menjadi
Presiden Indonesia ke-5.
·
Megawati
Megawati
dilantik di tengah harapan akan membawa perubahan
kepada Indonesia karena merupakan putri presiden pertama Indonesia,
Soekarno.
Meski
ekonomi Indonesia mengalami banyak perbaikan, seperti nilai mata
tukar rupiah yang lebih stabil, namun Indonesia pada masa
pemerintahannya tetap tidak menunjukkan perubahan yang berarti dalam
bidang-bidang lain.
Popularitas
Megawati yang awalnya tinggi di mata masyarakat Indonesia, menurun seiring
dengan waktu. Hal ini ditambah dengan sikapnya yang jarang berkomunikasi dengan
masyarakat sehingga mungkin membuatnya dianggap sebagai pemimpin yang 'dingin'.
Megawati
menyatakan pemerintahannya berhasil dalam memulihkan ekonomi Indonesia, dan
pada 2004, maju ke Pemilu 2004 dengan harapan untuk mempertahankan kekuasaannya
sebagai presiden.
Pada
tahun 2004, Indonesia menyelenggarakan pemilu presiden secara
langsung pertamanya. Ujian berat dihadapi Megawati untuk membuktikan bahwa
dirinya masih bisa diterima mayoritas penduduk Indonesia. Dalam kampanye,
seorang calon dari partai baru bernama Partai Demokrat, Susilo Bambang
Yudhoyono, muncul sebagai saingan yang hebat baginya.
Partai
Demokrat yang sebelumnya kurang dikenal, menarik perhatian masyarakat dengan
pimpinannya, Yudhoyono, yang karismatik dan menjanjikan perubahan kepada
Indonesia. Karisma Yudhoyono berhasil menarik hati mayoritas pemilih dan
Demokrat memenangkan pemilu legislatif pada awal 2004, yang diikuti kemenangan
Yudhoyono pada pemilihan presiden
ниче не поняла хочу фрикадельку
BalasHapus